PDM Kota Pasuruan - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Pasuruan
.: Home > Berita > Merajut Kembali Mental Pemelihara yang Hilang

Homepage

Merajut Kembali Mental Pemelihara yang Hilang

Kamis, 08-11-2012
Dibaca: 2323

Merajut Kembali Mental Pemelihara yang Hilang

Oleh Ust. Anang Abdul Malik

 

Sebagai orang yang Beriman,Kita harus yakin, bahwa saat ini kita semua sedang dalam pemeliharaan Allah s.w.t. Kesehatan dan kenikmatan yang kita rasakan,kesejahteraan yang kita terima. Semuanya merupakan rahmat Allh swt yang patut kita sukuri. Pola mensyukurinya adalah mendayagunakan semua pemberian Allah sesuai dengan kehendaknya. Rasa syukur yang kita lakukan adalah semata – mata untuk kepentingan kita sendiri.

 Firman Allah :“ barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya bersyukurnya untuk dirinya “

Bumi yang kita diami bersama dalam berinteraksi dengan anak, keluarga,masyarakat,merupakan karunia nikmat yang tak terhingga,yang diberikan oleh Allah pada Kita.Maka sebagai bukti kesukuran,kita harus bertanggung jawab untuk memeliharanya,mengurus dan melestarikannya, hingga tercipta sebuah peradaban yang Islami. Saat ini seolah semakin terasa,Hilangnya mental pemelihara, khususnya kaum muslimin. Sepertinya telah mulai kehilangan mental Mulianya dalam bertanggungjawab untuk memelihara dan mengurus kehidupan serta peradaban.Padahal salah satu fitrah yang ditanamkan kedalam setiap diri manusia oleh Allah swt adalah memelihara.

Firman Allah dalam surat Al-Baqarah [29]: “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi ini untuk kamu.”

“Maka manusia pula yang menjadi pemeliharanya .” (Q.S Al-Baqarah [2])

Dalam ayat yang lain di surat Al-Baqarah [30] : “Dan ingatlah tatkala Allah swt bekata kepada malaikat : Sesungguhnya Aku akan menjadikan  khalifah diatas bumi ini “

Hilangnya kesadaran manusia untuk menjalankan tanggung jawabnya sebagai pemelihara kehidupan dan pengurus peradaban. Nampaknya semakin hari semakin rendah, bahkan mungkin bisa dikatakan parah. Indikasinya bisa kita saksikan dari berbagai kerusakan pada dimensi kehidupan yang hampir setiap hari kita mendengar dan menyaksikan sebagai dampak dari era globalisasi.

Produksi kesenangan duniawi sudah semakin canggih dan beragam melalui kemajuan teknologi manusia justru semakin larut dalam kenyamanan yang semu. Misalnya menjamurnya fenomena twiter dan facebook telah melahirkan generasi - generasi baru ; mucikari (germo) baca jawa pos jum’at  18 Desember 2011.” Seks dikalangan SMA / SMKN Surabaya. Korupsi yang terus bertambah subur, selingkuh dan zina kian membudaya dan runtuhnya sendi – sendi keluarga serta masyarakat,hidonisme dan permisivisme semakin berkembang dan tak sedikit juga orang tua yang membiarkan anak – anaknya hidup di jalanan karna alasan ekonomi, bocah – bocah belia itu dipaksa mengemis dan menelan kehidupan yang kotor serta keras,juga orang – orang tua yang tidak peduli dengan pergaulan dan pendidikan anak – anak mereka. Gambaran ini semua adalah cermin bahwa manusia telah mulai kehilangan mental mulianya dalam bertanggung jawab untuk memelihara dan mengurus kehidupan serta peradaban.

Belum lagi kerusakan alam : banjir, tanah longsor melanda dimana – mana ,pencemaran udara dan lapisan ozon yang semakin menipis, kerusakan hutan kian bertambah, baik karna kebakaran maupun karna sengaja dieksploitasi, wabah penyakit semakin liar. Firman Allah swt : “Telah nampak keruskan didarat dan dilaut disebabkan karna perbuatan tangan – tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbutan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” (QS. Ar-rum (30): 41 )

Upaya menghidupkan dan menyuburkan kembali fitrah manusia sebagai hamba dan pemelihara kehidupan ini. Baik dalam konteks pribadi, keluarga, maupun masyarakat.

Ada beberapa tipe yang harus dilakukan :

1.  Menyuburkan gerakan dakwah dan keilmuan, terutama yang dikonsentrasikan pada pemahaman tauhid yang menyeluruh dan mendalam.

a.        Menghayati dan meneladani peran Allah swt dalam memelihara makhluknya secara penuh waktu (Full time)tanpa pernah tidur dan mengatuk yang selalu meliput seluruh rangkaian aktivitas hidup.

“Allah tidak ada tuhan (yang berhak disembah)melainkan dia yang hidup kekal lagi terus – menerus mengurus (makhluknya) tidak mengantuk dan tidak tidur

b.       Menyadari bahwa semua karunia yang diberikan oleh Allah swt bukan hak miliknya tetapi hak guna / pakai,titipan dari pemilik sejati. Bahkan semua yang dianugrahkan kepada kita, akan kita pertanggung jawabkan di hadapan Allah.

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu, tentang kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepadamu. QS At - Takatsur (102): 08

2.       Menggali ibrah dari hakikat kehidupan, dimana kesinambungannya ternyata ada sunnatullah. Makhluk – makhluknya senantiasa melakukan perawatan dan pemeliharaan demi kelnjutan generasi berikutnya. Tips ini dilakukan antara lain dengan cara;

a.     Menyadari peran orang tua yang memelihara kita dengan penuh kasih sayang yang tanpa pamrih. Sebagaimana firman Allah dalam S Al-Isra’ (17) ; 24.

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah; wahai Tuhankku, kasihanilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik ( memelihara ) aku waktu kecil “

b.     Menghayati peran wanita sebagai istri dan ibu dalam memelihara, merawat, melayani suami dan anak – anaknya demikian peran yang dilakukan wanita sehigga dalam surat Ar- Rum (30): 20-25 Allah menyepadankan keberadaannya dengan kejadian langit dan bumi serta isinya, pergiliran malam dan siang, proses penciptaan manusia, munculnya halilintar, turunnya hujan serta peristiwa alam lainnya. Dalam ayat yang ke 21 yang berbunyi :

“Dan diantara tanda – tanda kekuasaanNya ialah dia mencptakan untukmu istri – istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadaNya .

Dan dijadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang sesungguhnya pada yang demikian itu benar – benar terdapat tanda – tanda bagi kaum yang berfikir.”

Yang menjadi syarat utama bagi keutuhan dan kelanjutan hidup bagi unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga (rumah tangga )ialah : adanya apa yang disebut “ sakinah “ yakni ketentraman jiwa yang meliputi hidup kekeluargaan, dan adanya “ Mawaddah wa Rahmah “ yakni rasa cinta dan kasih sayang yang mengikat semua anggota keluarga.

Dalam rumah tangga yang diliputi oleh rasa kasih sayang itulah tempat lahir dan bekembangnya anak – anak keturunan, pemuda/pemudi yang berbahagia sehat lahir batinnya menjadi lahirnya bagi perumahan masyarakat dan ummat yang akan datang.

Pasuruan, 1 Nopember 2012

* Ust. Anang Abdul Malik (Wakil Ketua PDM Kota Pasuruan


Tags: Motivasi, Renungan
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori: Artikel



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website